MabesNews.tv – Jakarta : Pernyataan Menteri Agama (Menag) RI yang sempat menyinggung profesi guru akhirnya menuai reaksi dari berbagai kalangan. Setelah menuai polemik dan kritik tajam di media sosial maupun ruang publik, Menag akhirnya menyampaikan permintaan maaf secara terbuka. Ia menegaskan bahwa tidak ada sedikit pun niat untuk merendahkan atau menyepelekan profesi guru, yang sejatinya merupakan pilar utama dalam dunia pendidikan bangsa.
Namun, permintaan maaf itu tetap menyisakan kegelisahan di kalangan pendidik dan pegiat pendidikan. Salah satunya datang dari Dr. Iswadi, M.Pd, pendiri Pejuang Pendidikan Indonesia, sebuah organisasi yang konsisten memperjuangkan hak dan martabat para guru, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Dalam pernyataan resminya, Dr. Iswadi menyampaikan respon yang lugas namun tetap menjunjung tinggi etika dialog. Ia menegaskan bahwa seorang pejabat publik, apalagi sekelas Menteri, harus berhati-hati dalam menyampaikan pendapat yang menyangkut profesi dan harkat martabat masyarakat, terutama profesi guru yang selama ini kerap berada di posisi terpinggirkan.
Menurut Dr. Iswadi, guru bukan hanya profesi, tetapi peradaban. Ia mengingatkan bahwa di balik keberhasilan setiap pejabat, pengusaha, hingga pemimpin negeri ini, selalu ada sosok guru yang berjuang dalam diam, sering kali dengan keterbatasan fasilitas, namun tetap semangat mendidik anak-anak bangsa.
Pernyataan Menag meskipun sudah diklarifikasi dan disertai permintaan maaf telah menyentuh hal yang sangat sensitif. Bukan soal kata katanya semata, tapi bagaimana negara ini memposisikan guru dalam kerangka pembangunan nasional,” ujar Dr. Iswadi dalam sebuah wawancara khusus dengan para awak media melalui telpon seluler Sabtu 6 September 2025
Dr. Iswadi menegaskan bahwa pihaknya menerima permintaan maaf Menag sebagai bentuk tanggung jawab moral. Namun ia menekankan bahwa klarifikasi semata tidak cukup. Dibutuhkan evaluasi serius terhadap cara komunikasi publik para pejabat, serta kebijakan kebijakan yang menyentuh langsung dunia pendidikan.
Ini bukan soal pribadi. Ini soal sistem. Kita tidak ingin ke depan muncul pernyataan-pernyataan serupa yang justru memperkeruh semangat para guru, terutama yang sudah berjasa besar di pelosok negeri,” lanjutnya.
Ia menambahkan bahwa organisasi Pejuang Pendidikan Indonesia akan terus mengawal isu isu strategis yang menyangkut pendidikan, terutama yang berdampak langsung terhadap kesejahteraan dan penghargaan terhadap profesi guru.
Sebagai solusi konkret, Dr. Iswadi juga mendorong agar Menag membuka ruang dialog langsung dengan perwakilan guru dari berbagai daerah. Menurutnya, langkah ini penting untuk membangun kembali kepercayaan dan membuka ruang aspirasi yang lebih luas.
Guru tidak butuh sekadar permintaan maaf. Mereka butuh didengar. Mereka ingin tahu, apakah negara benar-benar berpihak pada pendidikan? Apakah ada komitmen nyata untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan mereka?” ujar Iswadi dengan nada tegas namun konstruktif.
Ia juga menyinggung pentingnya kementerian kementerian di luar Kementrian Pendidikan untuk lebih sinergis dalam mendukung agenda besar pendidikan nasional. Termasuk di antaranya Kementerian Agama yang menaungi banyak lembaga pendidikan keagamaan formal seperti madrasah, pesantren, hingga sekolah berbasis keagamaan lainnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dr. Iswadi mengingatkan bahwa pendidikan bukan sekadar urusan angka dan laporan program. Pendidikan adalah tentang nilai, keteladanan, dan penghormatan terhadap proses tumbuh kembang manusia seutuhnya.
Kalau guru direndahkan, maka yang direndahkan bukan hanya orangnya. Tapi juga proses pembentukan karakter bangsa. Kita harus kembalikan martabat guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa yang layak mendapatkan penghargaan lebih dari sekadar simbolik,” tuturnya.
Di akhir pernyataannya, Dr. Iswadi mengajak seluruh elemen masyarakat untuk tidak terjebak dalam polarisasi yang destruktif. Ia mengajak semua pihak untuk menjadikan polemik ini sebagai momentum refleksi nasional tentang bagaimana kita memperlakukan guru.
Mari kita kuatkan barisan, bukan untuk menyerang, tapi untuk memperbaiki. Kita semua punya tanggung jawab menjaga marwah pendidikan. Dan itu dimulai dari bagaimana kita memperlakukan para gurunya,” pungkas Dr. Iswadi.##
