• Redaksi / Box Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
MABESNEWS
  • Home
  • NASIONAL
  • TNI
  • POLRI
  • POLITIK
  • HUKUM
  • KEJAKSAAN
  • EKONOMI
  • IKN
  • PEMERINTAH
  • PENDIDIKAN
No Result
View All Result
  • Home
  • NASIONAL
  • TNI
  • POLRI
  • POLITIK
  • HUKUM
  • KEJAKSAAN
  • EKONOMI
  • IKN
  • PEMERINTAH
  • PENDIDIKAN
No Result
View All Result
MABESNEWS
No Result
View All Result
  • Home
  • NASIONAL
  • TNI
  • POLRI
  • POLITIK
  • HUKUM
  • KEJAKSAAN
  • EKONOMI
  • IKN
  • PEMERINTAH
  • PENDIDIKAN
Home OPINI

Presiden dan Otokritik Apapun 

Admin by Admin
September 26, 2025
in OPINI
0
Presiden dan Otokritik Apapun 
0
SHARES
10
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh, Maman A Majid Binfas

 

Mabesnews.tv, Hampir sebagiann besar para ilmuwan, menyepakati makna dari otokritik sebagai kemampuan untuk melakukan penilaian diri secara objektif. Kemampuan yang melibatkan proses refleksi dan analisis diri terhadap tindakan, baik berupa keputusan atau karya yang dihasilkan untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dengan perbaikan maksimal.

 

Dalam konteks seni, otokritik bisa diartikan sebagai penilaian terhadap unsur-unsur estetis dalam suatu karya untuk mencapai kualitas bentuk yang optimal. Sementara itu, dalam konteks psikologi, Sigmund Freud (1890) menganggap kritik sebagai upaya untuk mengubah ketidaksadaran menjadi kesadaran, yang merupakan dasar dari psikoanalisis.

 

Psikoanalisis adalah teori psikologis dan metode terapi yang berfokus pada pemahaman alam bawah sadar dan pengaruhnya terhadap perilaku manusia, baik secara sadar maupun tidak sadar. Tujuannya untuk menggiring ingatan dan emosi yang tertekan ke permukaan, sehingga seseorang dapat mengatasi masalah psikologisnya dengan lebih baik. Teori ini digunakan sebagai metode penelitian sistematis untuk mempelajari perilaku dan pikiran manusia.

 

Temasuk, otokritik juga bemuara kepada kemampuan untuk mengkritik diri sendiri secara objektif, mengakui ketidaksempurnaan, dan memiliki niat untuk berubah menjadi pribadi manusia yang lebih baik guna membuang moral kebinatangan.

 

Jiwa/karakter manusia menurut Al-Ghazali di dalam kitab Ihya’ Ulumuddin (t.th) diperkirakan tahun 489 H/1095 M, menjelaskan bahwa manusia memiliki jiwa yang kompleks dengan tiga komponen utama.  Jiwa Rasional (Nafs al-Natiqah) yang bertanggung jawab atas kecerdasan, Jiwa Hewani (Nafs al-Hayawaniyah) yang berkaitan dengan emosi dan nafsu, dan Jiwa Jasmani/Plant (Nafs al-Nabatiyah) yang mengatur fungsi tubuh dasar. Hati berfungsi sebagai “raja” yang mengatur akal dan nafsu, dengan akal sebagai “perdana menteri” untuk memahami kebenaran dan nafsu yang mengarah pada kesenangan duniawi. Sifat manusia ditentukan oleh kualitas hatinya; hati yang baik menghasilkan perilaku baik, sementara hati yang buruk mengarah pada kehancuran menjadi perpaduan berjiwa keblisan dan hewani.

 

Jiwa hewani adalah sumber konflik internal, karena ia selalu bersaing dengan jiwa rasional (jiwa manusiawi). Kesehatan mental dan spiritual bergantung pada kemampuan jiwa rasional untuk mengendalikan dan mengarahkan jiwa hewani menuju moralis untuk mengabdi dengan Lillahi Ta’ala sehingga tidak berjiwa kebabian.

 

 

Jiwa Bah Bermoral Babian

 

Sub bagian goresan berikut ini, awalnya berjudul ” Presiden, Demokrasi ala Moral Babi”. Kemudian, saya kirim ke media Pedoman Karya, dan direspon dengan saran santun oleh ustadz Asnawin Aminuddin/ pimpinan redaksinya dengan komentar japrian:

 

“Afwan, sepertinya judulnya terlalu peka, sebaiknya jangan pakai kata Babi.” says balas “oh gitu, ustadz”.  Selanjunya, beliau balas lagi: “Iye’, tidak nyaman ki…”. saya balas “ok, saya pikirkan lagi judulnya, terimakasih.”

 

Kemudian, saya kirim goresan tersebut  kepada koordinator media lintas nusantara ” C. dr. Nursalim” untuk mengetahui juga tanggapannya, lebih kurang pkl. 21:50, 4/9/2025. beiau berkometar singkat ‘ Keras ‘, lalu saya balas : memang agak keras untuk suasana sekarang.

 

Selanjutnya, beliau komentar “Bukan takut tapi resikonya”, dan saya balas “ok, dimaklumi, syukron.

 

Dan akhirnya, saya menghargai kesantunan dari saran tersebut, dengan mengubah judulnya menjadi “Presiden, Demokrasi ala Hewan” termasuk, diksi bagian kesimpulan diselaraskan dengan judulnya.

 

Tujuan saya, tidak lain hanya berdiologis tentang pengaruh psikologis akan perilaku sehingga diharamkan mengkonsumsi daging babi di dalam agama Islam. Sebagaimana, dialogis cerdas Muhammad Abduh dengan ilmuwan Prancis.

 

Di mana, “Ketika Muhammad Abduh berada di Prancis, ada beberapa ilmuwan di sana mengajak diologis dengan mengajukan pertanyaan menggelitik dan membingungkan mengenai keharaman daging babi.

 

“Kalian umat Islam mengatakan bahwa babi haram, karena ia memakan sampah yang mengandung cacing pita, mikroba dan bakteri-bakteri lainnya. Hal itu, sekarang ini sudah tidak ada. Babi diternak dalam peternakan modern, dengan kebersihan terjamin, dan proses sterilisasi yang mencukupi. Bagaimana mungkin, babi-babi itu terjangkit cacing pita atau bakteri dan mikroba lainnya?”

 

Sebagai ulama yang cerdas dan tawadhu, Muhammad Abduh tidak langsung menjawab pertanyaan itu, dan dengan kecedasannya, beliau meminta mereka untuk menghadirkan dua ekor ayam jantan beserta satu ayam betina, dan dua ekor babi jantan beserta satu babi betina.

 

Mengetahui hal itu, mereka bertanya: “Untuk apa semua ini?”

 

“Penuhi apa yang saya minta, maka akan saya perlihatkan suatu rahasia.”

 

Mereka memenuhi apa yang beliau pinta. Kemudian beliau memerintahkan mengurung secara terpisah antara yang betina dengan jantan selama kurang lebih sepekan. Setelah itu, menyuruhnya untuk menggabungkan dua ekor ayam jantan bersama satu ekor ayam betina dalam satu kandang.

 

Kedua ayam jantan itu berkelahi dan saling membunuh, untuk mendapatkan ayam betina bagi dirinya sendiri, hingga salah satu dari keduanya hampir tewas.

 

Kemudian, beliau lagi menyuruh mereka untuk melepas dua ekor babi jantan bersama dengan satu babi betina. Kali ini mereka menyaksikan keanehan. Babi jantan yang satu membantu temannya sesama jantan untuk melaksanakan hajat seksualnya, tanpa rasa cemburu, tanpa harga diri atau keinginan untuk menjaga babi betina dari temannya. ..”

 

Akhirnya, goresan dimaksud, termuat di Pedoman Karya (2025/09) dengan  topik. Presiden, Demokrasi ala Hewan.

 

Kemudian, ada lagi goresan saya bertopik “Presiden Prabowa, Kesurupan Bernegara”, di media MabessneW. TNI-POLRI dan Pedoman Karya (9/9/2025). Muncul beragam yang mengomentari dan mendanggapi goresan tersebut, baik bersifat Argumen Logis(ArLog)maupun berindikasikan kepada Apologistik Bersifat Argumentatif Hasutan (Abah). Di Group Whatsapp  Tamadun antar Bangsa di antaranya, Dr Abidin Pamu: “Mantap komennya Sahabatku Dr.Maman. Sastrawan dan Budayawan menyatu dalam nama yg bernama “Maman”. Kemudian, saya balas “Waduh, bila senior telah berkoment demikian, saya manut aje, terimakasih”.

 

Ada beragam komentar yang bersifat ala tendensius, sekalipun tak logis di tautan Facebook, di antaranya; “Penulisnya juga kesurupan membela yang dicopot.” Saya menanggapi; maksudnya, dari sudut mananya?. dia balas “baca ulang tulisanta ha …”. Kemudian, Saya balas dengan terpaksa menekan durasi agak berkesan logis;

“kalau dari esensinya, belum telalu maksimal dengan itu saja, mungkin ada tambahan idenya untuk saya goresan lagi, kira2 dari sudut apanya lagi ?” tanpa dibalas, kemudian muncul komentar dari temannya, “husss keras itu Dinda, narasi ta”.

 

Jadi, apapun bentuk otokritik yang muncul dari hasil karya kita, tidak mesti ditanggapi dengan menguras gizi energi, baik kritikal yang bersifat arlog maupun abah an sich and desperate doang tak karuan.

 

Bahkan dengan munculnya otokritik beragam, justru akan semakin bening nan benderang kelogisan kita di dalam menempa karya goresan apa pun sebagai wujud berkifayahan.

 

Diksi “kifayah” boleh diartikan “kecukupan” dan secara istilah merujuk pada fardhu kifayah, yaitu kewajiban kolektif dalam Islam yang akan gugur bagi seluruh umat Muslim, jika sudah dilaksanakan oleh sebagian dari kaum atau umat muslimin.

 

 

Berkifayahan dalam Berkarya

 

Kalau tak mampu bersaing dengan sehat, baik di dalam berkarya atau berikhtiar kifayah tak serupa

 

Logisnya. adalah bersabar untuk memahami akan kadar kualitas diri yang diridhai Tuhan.

 

Bukan memaksakan diri sehingga menggerutu akan kelebihan orang lain. Bila demikian, alur kadar logikanya, tentu mustahil tak berdampak hingga berpenyakitan kedengkian yang berangkulan dalam dimensi super kedunguan tulen.

 

Dimensi logika demikian, tentu tanpa bisa dibendung lagi hingga mautan kematian mendadak pun mesti diterima pula.

 

Hidup yang logis dan eloknya, adalah saling memahami kadar kualitas diri masing-masing, sehingga diberkahi oleh Tuhan hingga yaumul akhir pun tetap akan berseri kepada husnul khotimah yang mesti diaamiinkan.

 

Maka, barkaryalah dengan berkifayahan yang logis tanpa berkesudahan, demi pengabdian yang Lillahi ta’ala mesti dikedepankan sehingga mengalir alami.

 

 

Diberkahi Mengalir Alami

 

Elok dan indahnya kehidupan ini, adalah mengalir alami dan menghindari diri dari arogansi di dalam menyuburkan kesombongan.

 

Nikmati saja apa adanya yang diberkahi, tidak mesti berlebihan.

 

Manakala, mau bersalaman dengan kesuburan dan keberkahan dari  QS Al_A’raf:56 yang berarti;

 

“Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.

 

Bila ada kelebihan, sebaiknya berbagi guna saling membagi kebahagiaan antara satu sama lain dengan baik agar mengalir alami.

 

Bukan sebaliknya, dipamerin yang justru akan berdampak buruk kepada diri dan keluarga.

 

Apalagi, bagian diarogansikan bukan dari hasil keringat yang diberkahi, tetapi atas kelihaian bersilumamisasi di dalam bergaronisasi hak orang lain.

 

Manaka demikian, maka tidak terlalu keliru bila orang lain pun, mungkin akan mengotokritik dengan logika kedunguan, namun bagi yang warasan memang tak mesti membalas dengan perilaku logika demikian pula. Apalagi, dibiaskan kepada “Dasar Dunguan” pula.

 

Orang yang terjangkiti saraf otak akut dunguan, memang sulit disiumankan akan kemajnunannya, biar puluhan tahun pun diterapi secara masif tetap saja akutan. Bahkan orang yang waras menjenguknya, dibilangin tak waras pula !

 

Dasar kedunguan akutan, kita mesti memahaminya dengan logika super bening kesabaran, baik secara pikiran maupun batin.

 

 

Bening

 

Bening batin, itu kosong dari noda gulitaan apapun

 

Hening pikiran, itu kosong dari noda gulitaan apapun

 

Bening dan hening, yakni tidak berpaling, di antaranya dari  QS Al-An’am : 108 yang berarti;

 

“Dan begitu pula Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka kepada kebatilan, … dan Kami biarkan mereka bingung dalam kesesatan karena keengganan mereka mengikuti petunjuk.”

 

Selanjutnya di dalam QS Al-An’am: 110 yang berarti;

 

” … Kami akan memalingkan hati dan penglihatan mereka, seperti pertama kali mereka tidak beriman kepadanya (Al-Qur’an) serta Kami membiarkan mereka bingung dalam kesesatan”

 

Maka, agar tetap meyakini pesan otokritik ayat di atas, sebaiknya kita berkarya dengan lillah, sekalipun bersifat otokritik apa pun bentuknya dimunculkan.

 

 

Berkaryalah Dengan Lillah

 

Bila idemu telah ada jangan ditunda, bergegaslah untuk menggores apa adanya. Biar pada secarik sobekan kertas bungkus rokok agar tak terlupakan.

 

Sekalipun, tak sempurna, namun tangkap titisan secuil gagasan sebagai ilham anugerah dari Tuhan. Jangan biarkan potongan diksi mengalir dengan percuma tanpa berkesan.

 

Biar suratan akan bersuara alami, tak usah dirisaukan tapak akan merona atau ecekan diakumulasikan menanti dikemudian. Itu soal lain, bukan menjadi harapan akan pujian atau makian

 

Terpenting, berkarya dengan cahaya akar dari kebenaran lillahi Ta’ala, sebagai wujud pengabdian tulen hanya kepada Tuhan.

 

Berkaryalah jangan ditunda sekalipun, tak sempurna

biar ia mengalir apa adanya menjadi wujud pengabdianmu

 

Jadi, otokritik sesungguhnya, adalah obat pengabdian sebagai wujud kemampuan sesorang untuk mengkritik diri sendiri secara objektif, mengakui ketidaksempurnaan dirinya.

 

Termasuk, ada niat untuk siumam guna berubah menjadi pribadi manusia yang lebih baik guna membuang moral kebinatangan. Apalagi, di saat menggenggam amanah ubun-ubun publik secara meluas, tidak terkecuali yang dialamatkan kepada Presiden atau yang lainnya berkaĺam. Wallahualam.

Previous Post

Babinsa Koramil 10/Pandrah Jalin Silaturahmi Humanis dengan Warga Desa Utheun Kruet.

Next Post

Babinsa Koramil 04/Peudada Laksanakan Pembinaan Disiplin bagi Siswa Madrasah di Desa Meunasah Mesjid.

Admin

Admin

Next Post
Babinsa Koramil 04/Peudada Laksanakan Pembinaan Disiplin bagi Siswa Madrasah di Desa Meunasah Mesjid.

Babinsa Koramil 04/Peudada Laksanakan Pembinaan Disiplin bagi Siswa Madrasah di Desa Meunasah Mesjid.

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Stay Connected test

  • 23.9k Followers
  • 99 Subscribers
  • Trending
  • Comments
  • Latest
Janji Manis Bupati Nias Barat, Eliyunus Waruwu, Terkesan Tak Teringat Kembali. SPK P3K Nias Barat Tidak Di Perpanjang

Janji Manis Bupati Nias Barat, Eliyunus Waruwu, Terkesan Tak Teringat Kembali. SPK P3K Nias Barat Tidak Di Perpanjang

September 9, 2025
3 Anggota Polres Way Kanan Gugur Saat Bertugas Gerebek Judi Sabung Ayam

3 Anggota Polres Way Kanan Gugur Saat Bertugas Gerebek Judi Sabung Ayam

Maret 17, 2025
Terkait Video Viral Pemusnahan Siger Penyimbang Tuho Tiruan, Ini Penjelasan Polres Lampung Tengah

Terkait Video Viral Pemusnahan Siger Penyimbang Tuho Tiruan, Ini Penjelasan Polres Lampung Tengah

Maret 18, 2025
Polemik Sengketa Kepemilikan Papan Reklame Di Perempatan Kota Banjarnegara Akhirnya TR Dipolisikan

Polemik Sengketa Kepemilikan Papan Reklame Di Perempatan Kota Banjarnegara Akhirnya TR Dipolisikan

September 26, 2025

The Legend of Zelda: Breath of the Wild gameplay on the Nintendo Switch

0

Shadow Tactics: Blades of the Shogun Review

0

macOS Sierra review: Mac users get a modest update this year

0

Hands on: Samsung Galaxy A5 2017 review

0
Koramil 0827/02 Kalianget, Kodim 0827/Sumenep Terima Ucapan Selamat di HUT ke-80 TNI dari Polsek Kalianget, Polres Sumenep 

Koramil 0827/02 Kalianget, Kodim 0827/Sumenep Terima Ucapan Selamat di HUT ke-80 TNI dari Polsek Kalianget, Polres Sumenep 

Oktober 6, 2025
Polres Tulungagung dan Kodim 0807 Bersinergi dalam Menghadapi Tantangan Keamanan

Polres Tulungagung dan Kodim 0807 Bersinergi dalam Menghadapi Tantangan Keamanan

Oktober 6, 2025
Kapolres Tulungagung Berikan Apresiasi Tinggi kepada TNI pada HUT ke-80 

Kapolres Tulungagung Berikan Apresiasi Tinggi kepada TNI pada HUT ke-80 

Oktober 6, 2025
Babinsa Koramil 10/Pandrah Bantu Warga Bongkar Tenda Usai Acara Maulid di Desa Senebok.

Babinsa Koramil 10/Pandrah Bantu Warga Bongkar Tenda Usai Acara Maulid di Desa Senebok.

Oktober 6, 2025

Recent News

Koramil 0827/02 Kalianget, Kodim 0827/Sumenep Terima Ucapan Selamat di HUT ke-80 TNI dari Polsek Kalianget, Polres Sumenep 

Koramil 0827/02 Kalianget, Kodim 0827/Sumenep Terima Ucapan Selamat di HUT ke-80 TNI dari Polsek Kalianget, Polres Sumenep 

Oktober 6, 2025
Polres Tulungagung dan Kodim 0807 Bersinergi dalam Menghadapi Tantangan Keamanan

Polres Tulungagung dan Kodim 0807 Bersinergi dalam Menghadapi Tantangan Keamanan

Oktober 6, 2025
Kapolres Tulungagung Berikan Apresiasi Tinggi kepada TNI pada HUT ke-80 

Kapolres Tulungagung Berikan Apresiasi Tinggi kepada TNI pada HUT ke-80 

Oktober 6, 2025
Babinsa Koramil 10/Pandrah Bantu Warga Bongkar Tenda Usai Acara Maulid di Desa Senebok.

Babinsa Koramil 10/Pandrah Bantu Warga Bongkar Tenda Usai Acara Maulid di Desa Senebok.

Oktober 6, 2025
MABESNEWS

We bring you the best Premium WordPress Themes that perfect for news, magazine, personal blog, etc. Check our landing page for details.

Follow Us

Browse by Category

  • EKONOMI
  • HUKUM
  • IKN
  • KEJAKSAAN
  • NASIONAL
  • OPINI
  • PEMERINTAH
  • PENDIDIKAN
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • POLRI
  • TNI

Recent News

Koramil 0827/02 Kalianget, Kodim 0827/Sumenep Terima Ucapan Selamat di HUT ke-80 TNI dari Polsek Kalianget, Polres Sumenep 

Koramil 0827/02 Kalianget, Kodim 0827/Sumenep Terima Ucapan Selamat di HUT ke-80 TNI dari Polsek Kalianget, Polres Sumenep 

Oktober 6, 2025
Polres Tulungagung dan Kodim 0807 Bersinergi dalam Menghadapi Tantangan Keamanan

Polres Tulungagung dan Kodim 0807 Bersinergi dalam Menghadapi Tantangan Keamanan

Oktober 6, 2025
  • Redaksi / Box Redaksi
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber

Hak Cipta MabesNews.tv © 2024 Web Development PT.TAB | TabWeb

No Result
View All Result
  • Home
  • NASIONAL
  • TNI
  • POLRI
  • POLITIK
  • HUKUM
  • KEJAKSAAN
  • EKONOMI
  • IKN
  • PEMERINTAH
  • PENDIDIKAN

Hak Cipta MabesNews.tv © 2024 Web Development PT.TAB | TabWeb