Mabesnews.tv, BIBLE LEARNING, PW S. Hieronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Sumber Inspirasi:
¤ Zakharia 8:20-23
¤ Lukas 9:51-56
“HATI YANG PENUH KASIH”
MENAHAN DIRI dan membalas kejahatan dengan KEBAIKAN bukanlah tanda KEKALAHAN, melainkan tanda KEMENANGAN bersama Kristus.
Kiranya, kita belajar menjadi murid-Nya yang tidak cepat menghakimi, tidak mudah membalas, tetapi sabar membangun KEDAMAIAN.
Dunia rindu melihat saksi Kristus yang benar-benar membawa KABAR BAIK, bukan hanya melalui KATA-KATA, tetapi dengan TINDAKAN HATI YANG PENUH KASIH.
Perikop Injil hari ini (Lukas 9:51-56) menceriterakan kepada kita bagaimana Yesus menghadapi penolakan.
Yesus menetapkan hati untuk pergi ke Yerusalem, tempat penderitaan dan salib menanti-Nya.
Namun, ketika para murid-Nya disambut dengan penolakan orang Samaria, Yakobus dan Yohanes terpancing untuk membalas dengan kekerasan.
Mereka berkata kepada Yesus, “Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” (ay. 54). Mendengar apa yang dikatakan para murid-Nya, “Yesus lalu berpaling dan menegur mereka.
Lalu mereka pergi ke desa yang lain” (ay. 55-56). Apa yang dikatakan para murid-Nya itu, merupakan sebuah respon kemanusiaan yang sering muncul ketika hati tersakiti.
Bisa jadi, ketika kita juga mengalami peristiwa yang sama yang dialami oleh para murid-Nya, respon kita juga jengkel dan ingin membalas.
Tensi naik, otak tumpul dan hati beku.
Di tengah penolakan-Nya, Yesus menunjukkan bahwa menahan diri bukanlah kelemahan, tetapi kekuatan sejati.
Yesus fokus pada misi Kerajaan Allah, bukan pada ego yang tersakiti.
Bayangkan, kalau saja Yesus menuruti kemarahan para murid-Nya dan menghancurkan desa itu, maka misi keselamatan akan ternoda oleh kebencian
Namun, Yesus memilih kasih yang mengampuni.
Kisah ini mau menggambarkan bahwa jika hati kita di tengah situasi yang mudah memancing kemarahan, orang-orang percaya dipanggil untuk MENAHAN diri dan menyampaikan KASIH.
Lalu, bagaimana dengan kita?
Sebagai murid Kristus, kita sering dihadapkan pada situasi yang menantang kesabaran. Misalnya, penolakan dalam pelayanan, hinaan karena iman, atau fitnah dari orang sekitar.
Semua itu bisa memicu amarah dan keinginan membalas. Namun, Yesus berkata: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mat. 5:44).
Inilah ajakan yang sulit, tetapi justru membuktikan kedewasaan iman kita. Kalau kita melihat pesan ARIF di balik setiap peristiwa yang menyakitkan, tentu kita tidak akan mengutuk atau bertindak nekat untuk membalas dendam.
Setiap murid Kristus harus memiliki HATI yang PENUH KASIH, bukan penuh kebencian dan dendam.
GOD bless you.
@Dami Tiala
Umat Lingk. Ratu Kenyo
Gereja Paroki Santo Petrus & Paulus BABADAN Wedomartani, Sleman – DIY.